Jumat, 15 Juni 2012

TUGAS II Ilmu Budaya dasar

1. Tiga Jenis Puisi yang menggambarkan penderitaan, cinta, dan harapan :


Penderitaan

Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia akan melihat sekitarnya dan akan
melihat sahabat-sahabatnya datang dan menghiburnya..akan tetapi apabila
hati manusia kehilangan kedamaianya, dimanakah dia akan menemukanya, 
bagaimanakah dia akan memperolehnya kembali?

kehancuran tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuanya sampai aku 
mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang


Cinta

Apabila cinta memanggilmu ikutilah dia walau jalanya berliku-liku
dan apabila sayapnya merangkummu..pasrahlah serta menyerah, 
walau pedang tersembunyi disela sayap itu melukaimu

jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam
kehidupan ini..pastilah cinta akan menyatukan kita pada 
kehidupan yang akan datang


Pengharapan

Jiwa manusia hanyalah bagian dari lentera yang menyala yang diambil
Tuhan dari diri-Nya pada saat penciptaan

kematian adalah akhir dari anak-anak bumi. Tetapi bagi jiwa, kematian
adalah suatu awal, suatu kemenangan akan kehidupan



2.  Satu contoh prosa :

Man Doblang
(Tinggi Badan Baginda Raja)

                     Kesulitan rakyat Mataram tidak hanya datang dari kekuasaan rakus Belanda. Kadang juga dari kalangan keraton sendiri. Lebih sulit lagi jika pangkal soalnya adalah Baginda Raja sendiri. Masalah Raja menjadi malapetaka. Baginda Raja tetaplah dianggap penguasa tunggal, penguasa tertinggi. Sampai sekarang pun, bayangan tubuhnya tak ada yang berani menginjak. Memandang langsung pun tak diizinkan, kecuali sedang diajak bercakap. Itu pun diawali dan diakhiri dengan gerakan menyembah.
Masalah sederhana ini terjadi ketika Mantri Pribadi harus mengisi formulir mengenai data diri Baginda Raja. Kolom mengenai tanggal lahir, nama keluarga, berat badan, semua bisa terisi. Kecuali kolom tinggi badan Baginda Raja. Isinya masih titik-titik. Karena tidak ada yang berani mengukur tinggi badan Baginda Raja. Karena itu artinya menyentuh kepala Baginda Raja.
                      Mantri Pribadi pernah meminta tolong Permaisuri agar mengukur tinggi Badan Baginda kala tidur. Tapi upaya ini gagal karena Permaisuri takut saat diukur Baginda terbangun. Pernah pula diupayakan cara lain. Ketika Baginda Raja berdiri dekat dinding, diperkirakan tingginya. Tapi ini tidak akurat. Kalau berbohong mengenai Baginda Raja, hukumannya sangat berat.
Dalam keadaan putus asa, Mantri Pribadi menemui Man Doblang untuk minta tolong.
“Kepada siapa lagi saya minta tolong, Paman?”
“Bawa meteran, langsung diukur. Kalau Baginda Raja marah, katakan bahwa Pak Mantri diperintahkan mengisi formulir.”
“Saya bisa dipecat, dan seluruh keluarga saya akan dihukum.”
“Karena Pak Mantri sudah berusaha sepenuh tenaga, saya bersedia membantu.”
Mantri Pribadi sangat gembira. Meskipun masih was-was akan nasib Man Doblang. Dengan cara bagaimana Man Doblang mengukur tinggi badan Baginda Raja?
Agaknya Baginda Raja telah mengetahui bahwa Man Doblang akan menemui untuk mengukur tinggi badannya. Pada kesempatan pertama, permohonan menghadap Man Doblang langsung diizinkan.
“Ingsun memang ingin menguji para mantri dan cerdik cendikiawan di keraton ini,” kata Baginda Raja yang selalu menyebut dirinya dengan ‘ingsun’. “Akhirnya, kamu juga akan maju menghadap Man Doblang.
Apakah kamu akan mengukur dari ujung rambut ke ujung kaki ingsun?”
Man Doblang menyembah. “Tidak ada yang berani melakukan perbuatan yang kurang ajar itu.”
“Lalu bagaimana caramu?”
“Hamba memohon Baginda mengukur sendiri.”
“Ingsun tidak mau melakukan itu. Kalian yang harus berusaha untuk Ingsun.”
“Kalau demikian halnya, perkenankan Baginda mengukur panjang tangan Baginda yang direntangkan.”
Meskipun bertanya-tanya dalam hati, Baginda Raja mengukur panjang tangan yang direntangkan. “Seratus enam puluh delapan senti.”
“Kalau demikian, tinggi badan Baginda seratus enam puluh delapan senti.”
“Mana mungkin?”
Kali ini Baginda mengukur tinggi tubuhnya. Dari ujung kaki yang menginjak. Persis sama!
“Luar biasa, kamu memang luar biasa Man Doblang. Kamu bisa mengukur tinggi tubuh ingsun, bahkan tanpa menyentuh sehelai rambut ingsun. Luar biasa.”
“Begitu ukuran tubuh kita semua, Baginda…”
“Kalau ternyata tidak cocok?”
“Bahkan, kita telah mengetahui tinggi badan Baginda yang sesungguhnya karena Baginda telah mengukur sendiri?” Baginda Raja puas dengan jawaban Man Doblang. Bahkan, kemudian menawarkan jabatan sebagai Mantri Pribadi, atau jabatan lain yang setingkat                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              dengan itu, atau bahkan Mantri Perang! Man Doblang menolak dengan halus.
“Seorang mantri adalah ibarat jari dan tangan Paduka Baginda. Mereka harus orang yang tepat dan menguasai kementriannya. Tujuannya memperingan tugas Baginda…”
Ini bukan pertama kalinya Man Doblang menolak jabatan atau pangkat tinggi. Bagi Man Doblang bukan harta, bukan juga kekuasaan yang dicari. Melainkan ketenangan dan kedamaian dan bisa membantu sesama. Ini semua bisa dilakukan tanpa perlu jabatan yang tinggi atau kekuasaan yang besar.

Hikmahnya

Kebaikan   : Jika kita mendapatkan sebuah kepercayaan dari atasan lakukan itu sebagai kesukaan bukan menjadikanya sebagai beban hidup, dan perlu diketahui juga dalam setiap lakon kita hendaklah bekerja berdasarkan kejujuran dan nilai-nilai etika profesionalisme kt yg kita miliki.
Keburukanya  : Jangan pernah befikir bahwa harta kekayaan yang menjadi mainset awal pemikiran kita. karena apabila kita menjadikan hal tersebut ialah yang terutama maka kita bisa menjadi tamak dan sombong.
Saran    : Hendaklah kita berlaku benar dalam setiap aktifitas kita terlebih pada saat kita mendapatkan kepercayaan khusus dari pemimpin, pergunakan hal tersebut dengan sebaik-baiknya.



3. Pembahasan tentang masalah kejiwaan :

Gejala dan Penyebab Phobia

Phobia

Phobia adalah ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan. Istilah “phobia” berasal dari kata “phobi” yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional; yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang ditandai oleh ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek atau situasi tertentu.

Walaupun ada ratusan macam phobia tetapi pada dasarnya phobia-phobia tersebut merupakan bagian dari 3 jenis phobia, yang menurut buku DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder IV) ketiga jenis phobia itu adalah:

1. Phobia sederhana atau spesifik (Phobia terhadap suatu obyek/keadaan tertentu) seperti pada binatang, tempat tertutup, ketinggian, dan lain lain.

2. Phobia sosial (Phobia terhadap pemaparan situasi sosial) seperti takut jadi pusat perhatian, orang seperti ini senang menghindari tempat-tempat ramai.

3. Phobia kompleks (Phobia terhadap tempat atau situasi ramai dan terbuka misalnya di kendaraan umum/mall) orang seperti ini bisa saja takut keluar rumah.

Penyebab Phobia

Phobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.

Lalu bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun tidak pernah mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin Seligman di dalam teorinya yang dikenal dengan istilah biological preparedness mengatakan ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan kata lain ketakutan tersebut disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya, mereka yang takut kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua, pernah diterkam dan hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita sebagai keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat mengancam survival kita.

Pada kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita tersebut. Si penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobia-nya timbul kembali, misalnya thanatophobia (takut mati), dll.

Perlu kita ketahui bahwa phobia sering disebabkan oleh faktor keturunan, lingkungan dan budaya. Perubahan-perubahan yang terjadi diberbagai bidang sering tidak seiring dengan laju perubahan yang terjadi di masyarakat, seperti dinamika dan mobilisasi sosial yang sangat cepat naiknya, antara lain pengaruh pembangunan dalam segala bidang dan pengaruh modernisasi, globalisasi, serta kemajuan dalam era informasi. Dalam kenyataannya perubahan-perubahan yang terjadi ini masih terlalu sedikit menjamah anak-anak sampai remaja. Seharusnya kualitas perubahan anak-anak melalui proses bertumbuh dan berkembangnya harus diperhatikan sejak dini khususnya ketika masih dalam periode pembentukan (formative period) tipe kepribadian dasar (basic personality type). Ini untuk memperoleh generasi penerus yang berkualitas.

Berbagai ciri kepribadian/karakterologis perlu mendapat perhatian khusus bagaimana lingkungan hidup memungkinkan terjadinya proses pertumbuhan yang baik dan bagaimana lingkungan hidup dengan sumber rangsangannya memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak, khususnya dalam keluarga.

Berbagai hal yang berhubungan dengan tugas, kewajiban, peranan orang tua, meliputi tokoh ibu dan ayah terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, masih sering kabur, samar-samar. Sampai saat ini masih belum jelas mengenai ciri khusus pola asuh (rearing practice) yang ideal bagi anak. Seperti umur berapa seorang anak sebaiknya mulai diajarkan membaca, menulis, sesuai dengan kematangan secara umum dan tidak memaksakan. Tujuan mendidik, menumbuhkan dan memperkembangkan anak adalah agar ketika dewasa dapat menunjukan adanya gambaran dan kualitas kepribadian yang matang (mature, wel-integrated) dan produktif baik bagi dirinya, keluarga maupun seluruh masyarakat. Peranan dan tanggung jawab orang tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah teramat penting.

Teknik Penyembuhan

Ada beberapa teknik Untuk penyembuhan phobia diantaranya adalah sbb:

1. Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan phobia.

2. Flooding: Exposure Treatment yang ekstrim. Si penderita phobia yang ngeri kepada anjing (cynophobia), dimasukkan ke dalam ruangan dengan beberapa ekor anjing jinak, sampai ia tidak ketakutan lagi.

3. Desentisisasi Sistematis: Dilakukan exposure bersifat ringan. Si penderita phobia yang takut akan anjing disuruh rileks dan membayangkan berada ditempat cagar alam yang indah dimana si penderita didatangi oleh anjing-anjing lucu dan jinak.

4. Abreaksi: Si penderita phobia yang takut pada anjing dibiasakan terlebih dahulu untuk melihat gambar atau film tentang anjing, bila sudah dapat tenang baru kemudian dilanjutkan dengan melihat objek yang sesungguhnya dari jauh dan semakin dekat perlahan-lahan. Bila tidak ada halangan maka dapat dilanjutkan dengan memegang anjing dan bila phobia-nya hilang mereka akan dapat bermain-main dengan anjing. Memang sih bila phobia yang dikarenakan pengalaman traumatis lebih sulit dihilangkan.

5. Reframing: Penderita phobia disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau dimana permulaannya si penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu manusia baru yang tidak takut lagi pada phobia-nya.

Sumber terkait 

http://makalah-artikel-online.blogspot.com/2009/06/tips-menyembuhkan-phobia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar